Kalo udah kenalan sama ragi, udah familiar dengan aroma roti
yang mengembang berwarna kecokelatan di dalam oven, terbiasa makan roti dalam
keadaan panas-panas, udah hapal benar komposisi membuat roti serta tekstur
adonan yang diuleni; membuat roti sungguh menjadi satu ritual yang
menyenangkan. It is really addictive, isn’t it?
Kayak kemarin contohnya. Tangan udah gatel aja pengen
menjamah tepung, menyiraminya dengan air hangat berbusa akibat ragi yang mulai
bekerja. Menelusuri tiap lekukan adonan liat nan kalis, menekannya perlahan,
mengelus dengan lembut lalu menghentaknya dengan keras. Lha ini nulis soal roti
atau novel stensilan sih. Intinya beberapa hari berturut-turut pengen banget
bikin rerotian (padahal tiap hari ya bikin roti buat pizza *eh ini ga masuk
hitungan ya)
Burger Bun
Menganggur dan mati gaya. Jalan ke dapur, tanpa sadar udah
campur-campur aja, dari tepung cakra campur tepung kunci biru, gula sedikit,
tepung Kentang, ragi, garam, telur, air, minyak. Ga pake itung-itungan,
kayaknya sih ga sampe 250 gr tepung.
Waktu proofing masih belum kepikiran mau dibikin apa. Saat
adonan telah mengembang, eh sudut mata menangkap sosok wijen hitam putih.
Yaweslah, adonan langsung dibagi 10, dibentuk bun, proofing setengah jam, oles
kuning telur, tabur wijen, panggang.
Voila, jadilah burger bun!
Resep? Ga ada. Bisa pake resep roti apa aja, tinggal dibagi
sesuai selera, bentuk bun, udah deh. Boleh ditambah tepung kentang dan telur
biar empuk tapi ga empus-empus kayak burger yang dijual di pinggir jalan yang
pasti banyak mengandung pengempuk itu.
Croissant
Waktu cari-cari ragi di lemari penyimpanan ransum baking, eh
ternyata malah nemu korsvet alias pastry margarine. Karena tangan masih gatel
nguleni, keinget kalo di majalah Gourmet Traveller memuat resep au pain du
chocolat, alias croissant. Meski adonan perlu diinapkan semalam di kulkas, tapi
penantian panjang tersebut berbuah manis. Saat fajar menyingsing, langsung
keinget croissant. Keluarin dari kulkas, giling-gilas-cetak-isi cokklat blok,
resting 2 jam sambil menyambut kesibukan pagi, dari mandiin anak sampe mandiin
bapaknya #eh. Jam 8 lebih waktu mas suami siap berangkat kerja, croissant isi
cokelat udah siap di wadah kertas buat bekal. Siangnya suami ngelapor kalo
croissantnya enak. Aihh senenggg :D
Pizza
![]() |
cheesy tuna melt |
Masih postingan soal ragi, kali ini bikin pizza yak. Masa ngakunya
addicted to pizza tapi ga pernah sekalipun posting soal pizza. Huehuehue. Berikut
resep roti pizza yang biasa saya pake ya, relative gampang, bisa diparuh atau
dikalikan sesuai kebutuhan.
Bahan:
500 gr tepung terigu protein sedang
Gula 25 gr
Garam 7 gr
Ragi instan 6 gr
Minyak goreng 50ml
Air matang hangat 350 ml (bila ditambah telur airnya
dikurangi ya)
Cara membuat:
Masukkan ragi dan gula ke dalam gelas, isi dengan air hangat
separuh gelas, tunggu 5-10 menit sampai berbusa.
Tuang campuran air-gula-ragi ke dalam tepung, tambahkan air
(dan telur) sedikit demi sedikit hingga adonan menyatu dan kalis, bila dirasa masih
terlalu liat, tambahkan air. Pada penambahan air terakhir, masukkan garam. Uleni.
Tuang minyak goreng. Uleni sampai kalis.
Istirahatkan adonan selama 30-45 menit.
Tinju adonan untuk mengeluarkan gas, uleni sebentar,
potong-potong sesuai selera. Giling dan bentuk. Tusuk-tusuk dengan garpu agar
ketika dioven adonan tidak menggembung.
Panaskan oven selama 15 menit dengan api besar (maksimal),
panggang pizza sekitar 7-9menit hingga berwarna keemasan.
Beri topping sesuai selera, dimulai dari saus dasar
(concasse) dan diakhiri dengan mozzarella. Atau bila ingin terlihat lebih
menarik, setelah saus dasar, taburi mozzarella parut, lalu topping. Panggang di
rak paling atas (atau api atas) selama 5 menit atau sampai mozzarella meleleh.
*ragi dan gula dilarutkan di dalam air hangat selain untuk
mengetahui apakah ragi masih aktif, juga untuk mempercepat proses menguleni
*telur boleh ditambahkan ke dalam adonan roti dengan tujuan
untuk membuat roti lebih empuk dan memberi warna cerah ke roti. Bila ingin
mendapatkan pinggiran pizza yang mengkilap keemasa, oles dengan kuning telur
sebelum dipanggang
*garam dimasukkan pada saat penambahan air terakhir untuk
melarutkan garam. Garam tidak larut di dalam minyak. Apabila garam dimasukkan
bebarengan dengan ragi, maka akan memperlambat kerja ragi membentuk gluten,
sehingga proses menguleni lebih lama. Cara terakhir ini (memasukkan garam
bersamaan dengan ragi) bisa dilakukan bila menggunakan mixer
*adonan pizza tidak perlu diuleni sampai kalis elastis,
cukup kalis saja. Karena bentuk pizza yang pipih, ga ngaruh juga kalo nguleni
sampai elastis. Save your energy.
*roti pizza dipanggang terlebih dahulu punya dua keuntungan,
pertama karena efisien (mudah disimpan, mau pake tinggal oles topping dan
panggang), kedua karena saya pengguna oven rumahan yang suhunya maksimal 250an
C. Bila adonan mentah langsung dioles saus dan topping, dengan suhu hanya 250C
dan waktu panggang kurang dari 10 menit, maka pizza tidak akan matang sempurna
(masih ada sisi lembab yang terkena saus). Bila dioven lebih dari 10 menit,
pizza akan keras dan atau keju mozzarella akan kering karena terlalu lama
terpapar panas. Restoran besar yang langsung memanggang pizza dengan adonan
mentah dioles topping menggunakan oven dengan suhu yang mampu mencapai 500C
(baik oven gas maupun tungku), sehingga dalam waktu singkat (sekitar 7 menit),
pizza dapat matang sempurna
![]() |
these what u can do if u make ur own pizza: heartshaped-cheesy bites-heartshaped-personal pan |
Hai Mba Kiki...
ReplyDeleteKl mau nambahin telur, brp telur Mba? Kurangin airnya jd brp ya? Tks