Note: Ini terjemahan suka-suka ya, tapi
semua foto adalah punya saya (fotonya belum lengkap yeii). Kalo pusing baca terjemahan saya ini (nyengir),
silakan melipir ke tautan artikel aslinya.
Note 2: ini PR dari seseorang yang enggan saya sebut namanya GGGrrrrrr...
Sesungguhnya sebuah foto makanan yang berhasil bikin kita
ngences tidak dibuat dalam sedetik (apalagi pake mantra sim salabim). Ada
banyak faktor yang saling mendukung dan bergantung satu sama lain, entah
cahayanya, teksturnya, tampilannya, warnanya dsb. Yang jelas, bila salah satu
dari faktor tersebut kehilangan fungsinya, bagai nila setitik rusak susu
sebelanga, hancur sudah seluruh tampilan foto.
Klise memang, tapi seperti halnya keterampilan hidup yang
lain, Food Photography (FP) mengharuskan setiap peminatnya untuk banyak latihan
dan latihan. Makin sering motrek, dijamin makin tokcer fotomu!
Dari pengalaman gue sebagai food fotografer, nih gue bagi
beberapa tips yang bikin elu semua bisa motrek makanan yang bikin ngiler:
1.
White Balance
2.
Kualitas dan Arah Cahaya
3.
Food Styling
4.
Properti yang kudu mendukung tampilan makanan,
bukan malah mengalihkan perhatian pemirsa *CATET*
5.
Jaga Kelembabab Makanan
6.
Persiapan Matang
7.
Siapin Kamera
8.
Eksperimen Tiada Henti
1.
White Balance
Tanya kenapa WB gue taruh di daftar teratas? Sederhana,
karena kalo elu milih WB yang salah, dijamin keseluruhan tampilan fotomu bakal
ancur. White Balance memastikan bahwa warna foto makanan yang kita potrek sama
persis dengan warna makanan aslinya. Yang bikin mumet, sumber cahaya yang
berbeda memiliki suhu cahaya yang berbeda. Dan tanpa sadar, otak kita udah
pinter untuk mengetahui apakah suatu foto keliatan kebiruan atau kekuningan.
Terus masalahnya di mana? Masalahnya ada di reaksi. Ingat,
tujuan FP untuk memancing reaksi lapar. Coba elu bayangin kalo pake WB yang
salah, warna daging jadi abu-abu, seledri jadi biru, bayam jadi oranye, masih
pengen makan? Jijik yang iya.
![]() |
WB Auto |
![]() |
WB fluorescent |
Nah terus kalo udah milih WB, inget ini, HINDARI nyampur aduk suhu warna yang berbeda waktu motrek. Misalnya nih udah siap pake available light (cahaya matahari), maka pastikan cahaya lampu neon di rumahmu udah dimatiin, jadi sumber cahaya hanya berasal dari 1 suhu warna saja. Nyampur sumber cahaya dengan suhu yang berbeda bikin WB kacau.
Satu lagi tentang WB, please pleaseeeee, jangan pake filter
yang aneh-aneh buat makanan, filter retro misalnya. Ingat kalo cast warna
kuning, ungu dan hijau adalah warna-warna yang bikin makanan terlihat mati di
FP.
2.
Kualitas dan arah cahaya
Khusus untuk Food Photography, banyak ahli berpendapat bahwa
backlight (cahaya dari belakang) adalah yang terbaik. Mengapa? Karena backlight
memberi tekstur dan kedalaman pada gambar.
Caranya, tempatkan cahaya tepat di belakang (atau belakang
agak atas) makanan yang akan difoto, sehingga elu akan lihat ada bayangan di
bawah depan piring. Jangan takut dengan bayangan, tapi kalo mau mengurangi
bayangan sah sah saja, tinggal gunakan Styrofoam atau kardus berlapis kertas
timah (alufoil) sebagai reflektor, tempatkan di seberang sumber cahaya dan
arahkan pantulannya ke sisi gelap makanan sehingga bentuk dan warnanya bisa
terekspos dengan baik. (Selain Styrofoam atau kertas alufoil, coba gunakan
cermin untuk efek pantulan yang lebih keras).
Teknik backlight ini sangat ampuh terutama untuk makanan
berkuah, berminyak atau yang memakai banyak saus. Cahaya dari belakang bikin
makanan kinclong (ada pantulan di kuah yang membuat terlihat segar, efek shiny
di daging panggang atau tumisan, aduh nasi mana nasiiiii). Teknik backlight
juga tokcer diterapkan saat motrek makanan gelap seperti coklat, tinggal nambah
reflektor untuk mengangkat warna coklat sehingga tidak jadi hitam dan bluwek.
3.
Pake Food Stylist dongs!
Seorang food stylist mengerti benar bagaimana cara
mendandani makanan agar nampak fotogenik saat di depan kamera, mampu menentukan
sudut pengambilan gambar yang tepat untuk mengekspos daya tarik makanan,
pemilihan background, alas, properti, sampai menentukan umur makanan. Sebuah
foto bisa jadi sangat indah, atau sebaliknya, jadi hancur hanya gara-gara
styling yang asal-asalan.
Nah kalo elu ga bisa nyewa jasa food stylist karena
persoalan budget (katakanlah lagi foto produk), maka silakan ubek-ubek buku
tentang food styling. Tapi kalau keperluan fotomu cuma buat diuanggah di media
sosial atau blog, silakan belajar sendiri cara menata makanan yang baik, karena
kembali lagi, makin lama berlatih, makin terlatih kemampuanmu.
Beberapa buku tentang food styling favorit gue:
- Food Styling: The Art of Preparing Food for the Camera by Delores Custer
- Food Styling for Photographers: A Guide to Creating Your Own Appetizing Art by Linda Bellingham and JeanAnne Bybee
- More Food Styling for Photographers & Stylists by Linda Bellingham and JeanAnne Bybee
- Plate to Pixel: Digital Food Photography & Styling by Helene Dujardin
4.
Properti
Catet, garis bawahi, distabilo kalo perlu: FP itu tentang
makanan, bukan properti. Nah lo. Nah lo. Nah lo.
Dalam Food Photography, properti bagaikan pedang bermata dua
(kalo pedang bermata terbalik itu punya Battousai). Saat digunakan dengan
tepat, properti dapat melengkapi makanan dan membantu menyampaikan cerita
sebuah foto. Namun bila salah penggunaannya, properti malah bisa merusak atau
mengalihkan fokus pemirsa dari makanan. (INGAT, kalo orang lebih tertarik
dengan properti yang kamu pake, artinya kamu gagal motrek makanan tersebut.
Jedaaaaarrr!!!).
![]() |
contoh penggunaan properti (napkin) yg ga tepat, keramean, mata sibuk ke corak napkin |
-
Pikirkan, pilih properti yang berfungsi sebagai
elemen pendukung cerita fotomu, bukan inti cerita itu sendiri. Elu lagi motrek
makanannya kan, bukan piringnya kan?
-
Properti bisa berfungsi sebagai penunjuk, mampu
mengarahkan mata pemirsa ke Point of Interest
-
Sedotan, serbet, dan perintilan lain bisa
dimanfaatkan sebagai pemandu ke makanan. Ingat kalo pengguna huruf latin
membaca dari arah kiri ke kanan, jadi usahakan mengarahkan mata pemirsa dari
arah tersebut
-
Properti memberi sentuhan kehidupan ke gambar
yang statis, misalnya gunakan tangan seseorang sebagai properti dengan cara
memegang atau menyajikan makanan (hands in frame)
![]() |
Hands in frame memberi sentuhan kehidupan |
-
Hindari properti dengan corak yang rame atau
warna yang gonjreng (bakal jarang dipake krn ga selalu bisa masuk ke aneka
konsep)
-
Ga usah keburu nafsu ngeluarin semua alat tempur
elu dalam 1 foto. Motrek makanan ato pamer sih. Eeeeeeaaaaaaa to myself :/
-
Sebagai pemula, ga usah aneh-aneh, KEEP IT
SIMPLE. Investasi properti warna putih aja udah cukup, hindari bentuk kotak,
atau yang aneh2 yang berpotensi mengalahkan makanan
![]() |
KEEP IT SIMPLE: pakai hanya apa yg dibutuhkan. ga perlu botol susu, kotak eskrim, kaleng oreo |
bersambung...
No comments