Dulu setiap kali mampir ke food blog, saya ga habis pikir mengapa para food blogger itu kok ya sebegitunya motrek makanan sampai ke gedung tua, taman, bahkan pantai. Diam-diam saya membatin, untuk menjadi food blogger pastilah harus punya dapur putih cantik dan mesti berkantong tebal untuk jalan-jalan ke aneka tempat demi memotrek makanan di tempat tersebut.
![]() |
Coba tebak ini motreknya di mana? Yang jelas sih bukan di gedung tua dengan meja kayu berusia puluhan taun :P |
Tetapi setelah mendalami Food Photography beberapa bulan
terakhir ini, ternyata saya kecele! Tidak ada dapur putih luas dilengkapi aneka baking gadget canggih maupun
gedung tua yang rustic seperti yang saya bayangkan. Dari banyak foto makanan
yang saya lihat selama ini, terutama yang dilakukan oleh food blogger, kesan
dan suasana yang tercipta dari foto yang mereka hasilkan ternyata dilakukan
tanpa beranjak semeterpun dari rumah mereka sendiri!
Loh, kok bisa?
Jadi begini, pada dasarnya Food Photography adalah memotrek makanan dalam
mode makro untuk mengekspos tekstur, bentuk dan warna makanan tersebut dengan
tujuan membangkitkan selera siapapun yang melihatnya. Karena yang difoto hanya
makanan (beserta properti pendukung), maka tempat yang dibutuhkan tidak terlalu
lebar (bandingkan misalnya dengan fotografi lanskap yang mesti memotrek keindahan alam secara langsung). Jadi untuk memotrek tema baking, yang kita
butuhkan hanya properti yang mendukung kesan “seolah-olah” berada di dapur. Motrek tema vintage, ya mesti pakai properti rustic yang membuat foto kita "seolah-olah" berada di tempat yang oldies.
Lalu bagaimana cara mendapatkan “meja makan kayu rustic”,
“dapur putih bersih” atau suasana “musim panas?”
Properti!!
Yup, selalu ada alasan untuk membeli perlengkapan, karena
penataan properti di sekitar makanan yang kita potret sangat menentukan mood
dan kesan yang ingin kita bangun (karena itu ada profesi food stylist!).
Pemilihan properti yang tepat dapat menyiratkan dan menguatkan tema yang kita usung, misalnya tema
musim panas, lokasi di pantai, vintage, baking dll.
Mau tahu apa aja yang dibutuhkan untuk memotrek makananmu dengan tampilan seribu wajah? Let's check this out!
Mau tahu apa aja yang dibutuhkan untuk memotrek makananmu dengan tampilan seribu wajah? Let's check this out!
1.
Kayu
Untuk motrek makanan, pertama butuh alas dong, masa mau motrek beralaskan lantai? Alas paling cakep adalah kayu, karena serta-serat kayu memberi aksen lebih tanpa mengalahkan makanan itu sendiri. Enggak, ga perlu gotong meja mertua buat motrek, cukup cari kayu palet atau kayu box buah aja. Ada beberapa teman yang beruntung meminta gratis ke penjual buah/telur atau menemukan kayu ini di pinggir jalan. Tapi kalo kamu udah hunting sampe mata siwer dan belum nemu kayu juga, keluarkan lembaran Rupiah, hihihi.
Kayu palet ga mahal kok. Saya langsung datangi pembuat box buah (kalo kamu di Malang, bisa ditemui di daerah Juanda), biasanya sih ga jauh dari pasar tradisional. Untuk 6 bilah kayu berukuran panjang 1,2 cm dan lebar 9-15 cm, saya cukup membayar 10 ribu rupiah saja. Murce kan?
Untuk motrek makanan, pertama butuh alas dong, masa mau motrek beralaskan lantai? Alas paling cakep adalah kayu, karena serta-serat kayu memberi aksen lebih tanpa mengalahkan makanan itu sendiri. Enggak, ga perlu gotong meja mertua buat motrek, cukup cari kayu palet atau kayu box buah aja. Ada beberapa teman yang beruntung meminta gratis ke penjual buah/telur atau menemukan kayu ini di pinggir jalan. Tapi kalo kamu udah hunting sampe mata siwer dan belum nemu kayu juga, keluarkan lembaran Rupiah, hihihi.
Kayu palet ga mahal kok. Saya langsung datangi pembuat box buah (kalo kamu di Malang, bisa ditemui di daerah Juanda), biasanya sih ga jauh dari pasar tradisional. Untuk 6 bilah kayu berukuran panjang 1,2 cm dan lebar 9-15 cm, saya cukup membayar 10 ribu rupiah saja. Murce kan?
![]() |
Kayu palet atau kayu box buah sebelum dicat |
Sediakan aneka cat (asal jangan cat rambut atau cat kuku ya). Karena ingin mempertahankan serat kayu tapi ingin membuat warnanya lebih eksotis, saya pakai woodstain. Woodstain ini semacam cat kayu berbahan dasar air, tapi teksturnya cair kayak air dan bening berwarna kecoklatan (tergantung warna apa, saya pakai warna Salak Brown, berwarna cokelat tua). Untuk woodstain harganya agak mahal, sekitar 55 ribu per liter di toko bangunan. Tapi 1 liter itu buanyaaak loh, apalagi pakenya cuma sedikiiit, ga perlu ngecat berkali-kali lagi.
![]() |
dicat pake woodstain |
![]() |
Alas kayu dicat (woodstain) coklat tua, difoto di ruang tamu, bukan di gedung tua :P |
Kalo sayang beli cat 1 liter yang ga tahu mesti dihabisin buat apa, pake cat enamel/besi atau cat akrilik aja, karena 2 cat ini tersedia segala ukuran, dari ukuran mini 50 ml sampe yang literan. Perbedaan keduanya, cat enamel/besi yang berbahan dasar minyak akan meninggalkan efek glossy (mengkilap) setelah diaplikasikan. Menurut saya kurang cakep kalo buat motrek. Solusinya, mesti diamplas berkali-kali agar kilapnya hilang, sekalian biar dapet kesan rusticnya.
Pilihan paling oke adalah cat akrilik yang berbahan dasar air dan bersifat doff, alias tanpa kilap setelah diaplikasikan, jadi ga perlu ngamplas. Cat enamel/besi bisa dibeli di toko bangunan, kisaran harga dari 7 ribu Rupiah untuk ukuran 100 ml. Sedangkan cat akrilik bisa didapatkan di toko buku bagian kerajinan tangan/kesenian. Harganya belasan ribu untuk ukuran 100 ml.
![]() |
Baliknya dicat pake cat akrilik warna hijau |
![]() |
Nih Ayam Woku beralaskan meja kayu hijau :D |
![]() |
Persiapan baking di "dapur putih" |
2.
Triplek
Bahan kedua yang berguna banget sebagai alas atau background adalah triplek. Meski serat kayunya ga keliatan, tapi karena berbentuk lembaran dan tipis, triplek sangat enteng dan ga makan tempat. Selain sebagai alas dan background, triplek sangat berguna sebagai blocker loh.
Triplek yang paling tipis dengan ukuran 90 cm x 200 cm harganya mulai 45 ribu Rupiah. Saat beli, jangan lupa minta dipotongin sekalian sama penjualnya. Untuk ukuran di atas, saya minta dipotongin jadi 3, jadi saya punya 6 permukaan yang bisa dicat aneka warna, asyik kan?
Triplek yang paling tipis dengan ukuran 90 cm x 200 cm harganya mulai 45 ribu Rupiah. Saat beli, jangan lupa minta dipotongin sekalian sama penjualnya. Untuk ukuran di atas, saya minta dipotongin jadi 3, jadi saya punya 6 permukaan yang bisa dicat aneka warna, asyik kan?
Backrgound triplek dicat warna abu-abu,
alas triplek dicat warna coklat tua (woodstain)
|
![]() |
Masih di tempat yang sama seperti milkshake, musim panas gini nyeruput es kopi yuk? |
![]() |
Hidangkan bolu Jerman di "meja makan putih". (padahal triplek dicat putih hihihihi) |
3.
Meja Paralon
Udah punya alas kayu dan triplek buat motrek, tapi bingung mau ditaruh di mana. Masa mesti gotong meja makan ke sana ke sini demi mengejar indah cahaya matahari?
Kenapa ga bikin meja portable aja?
Dapet contekan dari @hennymarlina untuk bikin meja portable dari pipa paralon. Jadi selain mudah dibongkar pasang, ringan dan ga makan tempat, biaya pembuatannya juga ga mahal-mahal amat loh. Berguna banget dibanding gotong meja ke sana ke sini yang bikin encok kambuh :p
Untuk meja paralon ini saya beli 2 x 3 meter pipa paralon ukuran 45 dim, 4 sambungan pipa berbentuk T dan 8 sambungan pipa berbentuk L, total semua 100 ribu saja. 2 pipa paralon tersebut dipotong (ingat untuk minta dipotongin ke penjualnya) dengan panjang 6 x 50 cm, 2 x 70 cm, 4 x 30 cm dan 2 x 10 cm. Pasang sambungan seperti gambar di atas, dan siap mengangkut kayu atau triplek di atasnya dengan beban maksimal sampai 5 kg.
Behind the scene foto pancake di atas:
meja paralon, alas kayu, background triplek, blocker triplek
tempat: di halaman belakang rumah *abaikan ember*
|
So, gimana, kamu ga perlu keliling kota dan desa untuk menyuguhkan foto makananmu kan? Cukup motret di rumah dengan properti di atas, kita bisa membuat makanan kita seolah-olah difoto di berbagai tempat.
Eiiits, meskipun memotrek makanan bisa dilakukan di rumah, waktu beli kayu, triplek dan pipa paralon mesti ke luar rumah dong!
Tahu ga siiih, untuk mencapai daerah Juanda tempat beli kayu palet, kan pulangnya mesti lewat pasar Kebalen yang jalannya geronjalan (banyak lubang sana sini), saya sampe mau jatuh. Bayangin aja bonceng bocah di depan, kayu paletnya di belakang diiket tali. Perjuangan belum berhenti di sana, karena esoknya, saya beli triplek, dan coba bayangin gimana bawa triplek sambil bonceng bocah? Jadi tripleknya saya dudukin, bocah berdiri di depan saya (kalo inget ini pengen nangis). Langsung deh cerita ke pak suami pengen mobiiiiil, tapi emang ada mobil yang irit, kece, performa ciamik tapi harganya terjangkau?
Kebetulan esoknya ada teman yang datang (makasih Pinot). Lagi enak ngobrol dan cerita tentang perjuangan bawa kayu dan triplek dua hari berturut-turut, eh dengan entengnya si teman cerita tentang Toyota Agya miliknya yang imut, stylish, hemat bahan bakar (penting buat kestabilan ekonomi), bagasi gede (penting banget buat emak-emak) daaaan harganya terjangkau. Ga percaya, langsung saya periksa sendiri, dan saya langsung jatuh cintah!
Meski termasuk imut untuk ukuran city car, tapi Agya gesit dan irit bahan bakar loh. Selain itu lihat interior dan eksteriornya yang lengkap, dari passenger seat model teranyar sampai kaca spion elektrik. Dari audio canggih sampai standar air bag untuk keamanan. Lihat kan, si kecil aja udah kerasan nyobain Agya. Malem ini lembur bikin proposal pengadaan Toyota Agya ke pak suami deh, doain di acc ya, hihihi..
Sekian postingan kali ini, yuk segera beli mobil Agya eh berburu kayu, triplek dan pipa paralon untuk menyulap tampilan fotomu. Takes a little works, but it worth loh...
Eiiits, meskipun memotrek makanan bisa dilakukan di rumah, waktu beli kayu, triplek dan pipa paralon mesti ke luar rumah dong!
Tahu ga siiih, untuk mencapai daerah Juanda tempat beli kayu palet, kan pulangnya mesti lewat pasar Kebalen yang jalannya geronjalan (banyak lubang sana sini), saya sampe mau jatuh. Bayangin aja bonceng bocah di depan, kayu paletnya di belakang diiket tali. Perjuangan belum berhenti di sana, karena esoknya, saya beli triplek, dan coba bayangin gimana bawa triplek sambil bonceng bocah? Jadi tripleknya saya dudukin, bocah berdiri di depan saya (kalo inget ini pengen nangis). Langsung deh cerita ke pak suami pengen mobiiiiil, tapi emang ada mobil yang irit, kece, performa ciamik tapi harganya terjangkau?
Kebetulan esoknya ada teman yang datang (makasih Pinot). Lagi enak ngobrol dan cerita tentang perjuangan bawa kayu dan triplek dua hari berturut-turut, eh dengan entengnya si teman cerita tentang Toyota Agya miliknya yang imut, stylish, hemat bahan bakar (penting buat kestabilan ekonomi), bagasi gede (penting banget buat emak-emak) daaaan harganya terjangkau. Ga percaya, langsung saya periksa sendiri, dan saya langsung jatuh cintah!
![]() |
Meski termasuk imut untuk ukuran city car, tapi Agya gesit dan irit bahan bakar loh. Selain itu lihat interior dan eksteriornya yang lengkap, dari passenger seat model teranyar sampai kaca spion elektrik. Dari audio canggih sampai standar air bag untuk keamanan. Lihat kan, si kecil aja udah kerasan nyobain Agya. Malem ini lembur bikin proposal pengadaan Toyota Agya ke pak suami deh, doain di acc ya, hihihi..
Mbaaa....fotonya cakep-cakep banget, artikelnya juga membantu banget buat yang hobi foto makanan...top!
ReplyDeleteAlhamdulillah kalo bermanfaat, makasih udah mampir Wulan :D
DeleteTips bikin mejanya suiip mbak, menginspirasi, bisa ditiru nih. Ketemu lagi teman blogger sesama Malang :). Besok pas suami libur bisa nih diseret ke juanda, eh diajak maksudnya hihihi
ReplyDeletehiyaah sesama Malang ternyata. Kalo Juanda kejauhan, cari aja di pasar tradisional, minta ke yang jual buah/telur, biasanya sih dikasi :D
DeleteHahaha baca ini nyesek banyak jalan kl aku mau bikin foto foto secara bu mertua punya toko bangunan ada cat paralon dan tetek bengeknya bapak mertua bisnis mebel malah kayu jati, ah semangat mau minta kayu hihi
ReplyDeletewahhh enak dong kalo gitu tinggal ambil hihihi. kalo kayu jati sayang ah, kecuali kayunya udah tua banget dan serat2nya bagus, makin keliatan rustic pastinya
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKece mba ki...aku blm aja bikin meja paralonnya..mksh infonya
ReplyDeletedaripada geret-geret meja tiap kali mau foto mbak Deas, mending bikin, inipun juga hasil nyontek kok hahaha. makasih ya udah mampir :*
DeleteKiki.... Keren banget ini postingannya... Potonya cakep2 banget sukaa.... Kayak bis ini mesti nongkrongin tukang bangunan nih
ReplyDeleteAsiiik dipujii idolakuuuu, makasih mbak Isnaaaa ,sok atuh nongkrongin tukang bangunan hihihi
DeleteEh...brsan komen ternyata g masuk.. Hiks.
ReplyDeleteMejanya kreatif bgt ki!! Dan ada bukuku nyempil di foto paling atas...aihh senangnya, makasih yaaa... 😉
Eh...brsan komen ternyata g masuk.. Hiks.
ReplyDeleteMejanya kreatif bgt ki!! Dan ada bukuku nyempil di foto paling atas...aihh senangnya, makasih yaaa... 😉
Eh...brsan komen ternyata g masuk.. Hiks.
ReplyDeleteMejanya kreatif bgt ki!! Dan ada bukuku nyempil di foto paling atas...aihh senangnya, makasih yaaa... 😉
Mbak Iyaaaan, hihihi iyah itu buku favoritritrit, udah ada 5 resep yg kucoba, tar mau kutulis reviewnya juga hihi, makasih yaaa :D
Deletehah, klo food photographer liat barang antik di jalan biasa lgs comot, aku juga punya batu cepet yg klo dijadiin platter kayak punya resto michelin starred chef....
ReplyDeleteDedy@Dentist Chef
Mba fotonya keren bgt! Bermanfaat bgt tipsnya buat blogger kaya aku yang mau belajar food photography
ReplyDeleteTeknik pas nge cat nya bagaimana mba?
ReplyDeleteHalo mu tanya kak, kalau alas foto triplex dicat menggunakan apa yah jenis catnya? Thank you
ReplyDeleteKeren mb.. Aa dimalang jg... Pengen ktmu rasanya n nyuwun ilmunyahh... Secara slama ini hobi moto tp blm tau tekniknya.... Btw utk dimalsng sndiri ada ga sih mb toko yg khusus jualan properti food ftografi?
ReplyDelete