Pada jaman dahulu kala, saat tanggal tua menjadi hari-hari
penuh perjuangan untuk mendapatkan makanan enak dan mengenyangkan hanya dengan
bermodal tiga ribu Rupiah, mi instan selalu menjadi penyelamat. Lupakan soal
buku Contending Theories of International Relations setebal 700 halaman yang
habis saya baca saat itu, lha wong baca bungkus belakang mi instan untuk
mengetahui kandungan gizinya aja ga pernah. Pada masa itu yang penting
bagaimana bisa bertahan sampai uang kiriman datang lagi di awal bulan. Maka abaikan
soal gizi, yang penting bisa makan makanan enak dan murah. (Ga heran, selama 5
tahun kuliah saya kena tipes 3x).
Hidup berubah 180 derajat saat berumah tangga dan memiliki
anak. Tanggung jawab sebagai seorang istri dan ibu yang memberi makan suami dan
anak membuat saya mengubah pola hidup untuk jadi lebih sehat. Sebisa mungkin memasak dan membuat sendiri makanan yang kami konsumsi. Kalaupun terpaksa beli, bisa dihitung dengan jari dalam sebulan. Termasuk mi instan yang saya beli diam-diam dan segera disembunyikan agar suami dan anak tak mengetahui rahasia kecil ini.
Tapi tak jarang, rasa kangen akan masa-masa kuliah hinggap.
Dan mi instan menjadi gerbang pembuka aneka memori pahit manis tersebut. Maka
di malam sepi saat suami dan anak sudah terlelap, diam-diam saya memasak mi instan dengan telur ceplok dan irisan cabe rawit, persis seperti yang biasa saya
lakukan dulu. Hanya kali ini, saat piring telah kosong, ada rasa bersalah yang
membuncah. Terbayang berapa banyak kolesterol dan lemak, kandungan garam, belum lagi perasa dan pengawetnya.
Mi instan selalu menjadi dilema kita semua, istilah kerennya guilty pleasure, kesenangan yang bikin merasa bersalah. Kita sadar mie
instan bukan makanan sehat, tapi kita selalu tergoda karena dulu (atau sampe
sekarang?) mie instan selalu hadir dalam menu kita. Lalu gimana dong kalo
kepengen? Ada ga ya mi instan yang bebas dimakan dan ga bikin merasa bersalah?
![]() |
Kemasannya ekslusif, sukaaaa! |
ADA!
Yup, Tropicana Slim kini merilis produk baru berupa mi.
Dengan 2 varian mi kering dan mi kuah yang sama-sama lezat, Mi Tropicana Slim
dijamin lebih sehat karena memiliki kandungan lemak, garam dan kalori yang
lebih rendah dari mi instan yang selama ini kita kenal.
Loh emang mi instan bisa sehat?
Bisa dong!
Tahu kenapa sisa air rebusan mi instan selalu berwarna
kuning keruh? Keruhnya air rebusan karena lemak yang terkandung dalam mi instan
meluruh saat mi dimasak. Bandingkan dengan sisa rebusan Mi Kering TropicanaSlim yang berwarna kuning jernih. Usut punya usut, kadar lemak yang jauh lebih
rendah ini disebabkan proses pemanggangan Mi Kering Tropicana Slim, sedangkan
mi instan lainnya diproses dengan cara digoreng.
Anyway, kalau soal kesehatan jelas ya, produk Tropicana Slim
dijamin mengandung nutrisi terbaik. Tapi soal rasa gimana ya? Itu batin saya
saat pak suami tiba-tiba beliin Mi Kering Tropicana Slim, rupanya beliau sadar
kalau istrinya suka bikin mi sembunyi-sembunyi hihi. Dengan agak enggan saya
bikin, ga terlalu berharap dengan rasa lah ya, biasanya yang mengklaim makanan
sehat kan pasti mengorbankan rasa, sedangkan lidah ga bisa bohong cyiiin.
![]() |
ide cerdas: wadah plastik pembungkus mi agar mi tidak rusak |
But hey, it is surprisingly delicious!
Tekstur mi nya seperti mi keriting, lebih pipih dari mi
instan yang selama ini saya konsumsi. Tekstur pipih ini membuat waktu pemasakan
lebih cepat dan bumbu lebih meresap ke dalam setiap helai mi. Dan yang bikin
kaget, rasa ayam bakarnya enak, asinnya pas, dan terasa lebih light
dibanding mi instan biasanya. Sampai suapan terakhir, saya tidak merasa eneg
yang tertinggal di tenggorokan.Yang bikin lebih happy, kini makan mi ga perlu pake
sembunyi-sembunyi lagi dan bisa dinikmati bersama suami dan anak, asyik kan?
![]() |
My Healthy Pleasure! |
Alhasil, sejak ketemu Mi Kering Tropicana Slim makan mi instan bukan lagi guilty pleasure, tapi healthy pleasure, terima kasih Tropicana Slim!
No comments