Kalo kamu orang yang masak masak
sendiri, motrek motrek sendiri dan penggemar Caca Handika, pasti pernah
dong kelimpungan karena keterbatasan properti. Misalnya nih, udah susah-susah
bikin es krim, nyiapin setting pemotrekan, kamera sudah siap jepret, eh lha kok
ga punya sendok es krim. Punya cupcake lucu tapi ga punya garpu cake yang imut,
jadilah si garpu makan yang ga proporsional nangkring dengan manisnya di
sebelah cupcake.
Atau kayak saya beberapa bulan lalu yang saking kreatifnya pasangin garpu dan pisau sebagai alat makan jajanan pasar, dan jadilah steak cenil! Huahahahaha…#ditujesrame2
Atau kayak saya beberapa bulan lalu yang saking kreatifnya pasangin garpu dan pisau sebagai alat makan jajanan pasar, dan jadilah steak cenil! Huahahahaha…#ditujesrame2
Seriously *ngomongginisambilngaca*,
kalo buat dimakan sendiri sih ga masalah ya. Mau makan eskrim pake sutil,
monggo. Makan steak pake gergaji ya hayuk aja. Tapiiii, saat makanan udah ketangkap
tombol rana kamera, mau ga mau kita mesti mempresentasikan bagaimana makanan
tersebut dimakan sebagaimana mestinya.
Tau sendiri kan, di dunia kuliner
ada yang namanya table manner, yaitu tata cara tentang bagaimana dan kapan
penggunaan alat-alat makan tertentu. Misalnya untuk makan sup, udah ada yang namanya
sendok sup. Bedanya dengan sendok makan, si sendok sup ini lebih pendek serta
berbentuk lebih bulat daripada sendok makan yang oval. Atau misalnya keberadaan
pisau panjang bergerigi yang diperuntukkan untuk mengiris roti; berbeda dengan
pisau mentega yang tanpa gerigi dan tidak tajam dan berukuran lebih pendek daripada pisau makan.
Perbedaan bentuk dan ukuran
tersebut bukan tanpa alasan; karena setiap peralatan makan memiliki fungsi yang
berbeda, ditujukan untuk jenis makanan yang berbeda serta memaksimalkan cara
makan makanan tersebut. Kebayang kan susahnya ngiris steak sama pisau mentega
atau makan eskrim pake sumpit?
Nah yang bikin kepala pening, ada
puluhan macam alat makan yang bernama pisau tapi memiliki bentuk, ukuran dan
fungsi yang berbeda. Begitu pula dengan garpu dan sendok. Ada garpu makan,
garpu salad, garpu untuk menyajikan makanan (serving forks, biasanya
untuk mengambil pasta di panci), garpu kue, garpu barbeque, dsb.
Weits, ga usah frustasi gitu, mau
motrek aja udah dipusingin sama table
manner huahaha. Kita sebagai fotografer amatir ga perlu sebegitunya harus
punya setiap jenis alat makan tersebut, toh yang benar-benar mengerti dan jeli
tentang penggunaan alat makan tersebut hanya orang-orang tertentu (chef, ahli
kuliner dan food stylist!). Jadi agak aman pake sendok teh sebagai sendok kue
atau sendok es krim (yang penting sama-sama kecil); asal ga pake sendok sayur
aja. Tapi juga ga berarti kita seenaknya naruh alat makan di samping makanan yang
kita potrek sih. Yaaah itung-itung latihan jadi food photographer/stylist
professional ya (AAMIIN). Kalo sejak awal udah
sembarangan pasang cutlery, apa ga diketawain klien klo nanti kita motrek bubur
dipasangin sama garpu kue?
![]() |
gambar dari sini |
Selain cutlery (alat-alat makan), seringkali hal yang menggelitik adalah
pemakaian properti secara umum. Ayo ngacung, siapa di sini yang cari kain
perban lusuh buat dijadiin napkin (bahkan ada yang niat ngerendem napkinnya pake air kopi *colek Fiephan)? Atau, siapa yang pake vas sejuta umat dari
Ikea sebagai botol minuman? Atauuuu, siapa yang nyimpen kaleng SKM sampe
koleksi botol beling buat properti foto?
Yaaah, yang namanya tren, apa yang 50
tahun lalu dinggap aneh atau tabu, bisa jadi saat ini kekinian. Apa yang lagi booming di dunia, turut mempengaruhi
fashion, seni, bahkan sampe ke Food Photography.
Sadar ga, dalam satu dekade
terakhir semakin banyak food
bloggers/food photographer/foodie yang menggunakan piranti ramah lingkungan
(dari talenan batang kayu sampe piring dan gelas kayu jati (sambil ngiler tiap koenyit.store upload barang baru) dan menggunakan kembali bahan-bahan
yang masih bisa dipakai (prinsip reduce,
reuse, recycle) seperti botol, kaleng, napkin lusuh, alas kayu rustic, dll. Pun sekarang motrek makanan
asli (saat foto komersil) sudah menjadi prinsip banyak food photographer. Dirty tricks seperti pake mashed potato untuk es krim atau ngoles formalin di daging udah ga
jaman masbrooo!
Begitu pula tren jadul/vintage yang
lagi ngeheitz, bikin instagram penuh dengan foto-foto ala abad pertengahan
*lirik Beth Kirby, Mbak Eva dll. Dan kita pun tak kuasa menahan
serangan barang-barang pintej itu, membuat kaki semangat melangkah menyusuri pasar
loak demi berburu sendok jadul. *untung saya udah nyetok cutlery dari pemasok ilegal huahaha*
![]() |
The more rustic, the merrier |
Tapi meski lagi ngetrend, benda-benda
yang saya sebutkan di atas ga selalu cocok dipadupadankan dengan setiap
makanan. Semua tergantung konsep lah yau. Kalo konsepnya clean, bright ala-ala fashion
photography flatlay; kayaknya sih aga-aga gimana gitu kalo dipasangin sama
serbet perban lusuh dan pisau karatan. Meski, ga menutup kemungkinan ada juga
konsep-konsep out of the box. Nah
yang terakhir ini seringkali diangkat resto/café untuk menarik pelanggan atau
sama siapapun yang memang anti-mainstream
*lirik fiephan. (Siap2 tar lagi
dikamehameha sama fiefie).
Pernah denger kan di Taiwan ada resto berkonsep toilet yang menyajikan eskrim berbentuk feses? Atau yang lagi happening
beberapa waktu lalu di Jakarta, restoran model rumah sakit, makanan minuman
disajikan di jarum suntik sampai kantong infus?
Terlepas dari “pengalaman unik”
yang ditawarkan resto di atas atau tren yang sedang kekinian, bila dipandang
dari sudut Food Photography apakah
hal itu bisa dibenarkan? Misal nih kayak pake vas Ikea sebagai botol susu, naruh
sup di kaleng bocel, pake teko sebagai vas bunga, naruh kastengel di piring
bersanding dengan garpu, ehem, atau kayak foto steak cenil di atas. Jujur saja, saya ga tau jawabannya dan sepertinya
saya bukan orang yang tepat untuk menjawabnya.
![]() |
kekinian: vas Ikea sebagai botol minum |
Namun sependek yang saya tahu,
pemakaian properti seaneh dan setidak masuk akalnya mesti sesuai dengan konsep
dan tema yang diusung. Kalo konsepnya makanan ala rumah sakit, ya monggo
memakai kantong infuse diisi milkshake. Namun yang jadi pertanyaan, apakah tema tersebut bisa berlaku universal
dan bisa diterima setiap audience
(dengan latar belakang budaya, adat istiadat, dan pengalaman yang berbeda)?
Belum tentu. Bisa jadi orang tertarik, tapi juga sangat mungkin bikin orang
jijik.
Nah kembali ke Food Photography, tujuan utama FP adalah
membuat siapapun yang melihatnya jadi ngiler, alias ada drooling factor di balik setiap pengaplikasian teori lighting,
komposisi dan styling. Karena memiliki tujuan untuk menunjukkan bahwa makanan
tsb edible, maka tentunya ada aturan
dan batasan yang membuatnya berbeda dengan genre still life yang lebih longgar. Kalau di still life, mau motrek bangkai tikus dipitain, dikasi konde ditaruh
samping buku terbakar pun ga masalah. Mau motrek tempat cuci piring berisi sisa sampah atau mengeksplorasi kerutan cabe silahkan. Karena prinsip dasar still life ada pada penyampaian pesan
simbolik melalui permainan warna, tekstur, sifat, garis, dsb.
Lain halnya dengan Food Photography yang terikat pada
adab/tata cara makan, budaya, aturan umum (table
manner) dan yang tak boleh dilupakan tujuan utama FP itu sendiri: drooling factor. Karena itu umumnya
sangat tidak mungkin menemukan foto soto yang disajikan di dalam pispot atau
jerigen (contoh ekstrem yang disampaikan KakTir, karena pispot atau jerigen bukan wadah makan. Secara table manner dan drooling factor jelas tidak terpenuhi sama sekali.
So, meskipun kita “bebas”
menggunakan properti apa aja sesuai tema yang kita angkat, satu hal yang perlu
kita garis bawahi adalah tentang tujuan foto makanan yang kita ambil. Apakah
foto makananmu bikin yang melihat langsung ngiler dan pengen jilat? Atau kamu
motrek makanan buat have fun dan the hell what people said? Well, only you can answer….
To be
continued..
*tulisan ini hasil diskusi ngalor ngidul Sempelbie akibat ulah bank topik KakTir grrrrr*
enak-enak nya png masakan kirim kan ke balikpapan lapar nah...........
ReplyDeleteenak-enak nya png masakan kirim kan ke balikpapan lapar nah...........
ReplyDeleteParabéns!
ReplyDeleteSuas fotos são lindas.
Vivi (http://cozinhandocomretalhos.blogspot.com.br/)